Slide

Deskripsi 📝

Survei global yang dilakukan oleh UNICEF, WHO dan World Bank Group pada tahun 2020 menyebutkan bahwa 22% dari 149,2 juta anak di bawah usia 5 tahun secara global terkena dampak stunting (UNICEF, 2021). Benua Asia menunjukkan tingkat penderita stunting tertinggi untuk anak di bawah usia 5 tahun, yaitu sebanyak 79 juta jiwa (UNICEF, 2021). Saat ini juga, stunting menjadi masalah yang serius di Indonesia dengan 1 dari 3 anak terkena dampak dari hal tersebut (Kementerian Kesehatan RI, 2022).

Seiring dengan temuan ini, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) dari Kementerian Kesehatan RI telah merilis hasil Survei Status Gizi Indonesia 2022 (SSGI 2022) yang memberikan gambaran terntang kondisi gizi balita termasuk stunting, wasting, underweight, overweight yang terjadi. Data ini dikumpulkan dari 486 Kabupaten atau Kota yang tersebar di 33 Provinsi di Indonesia. Hasil SSGI 2022 mengindikasikan bahwa tingkat stunting pada balita di Indonesia mencapai 21,6% dari total sampel sebanyak 334.848 (Kementerian Kesehatan RI, 2022b). Namun, angka ini masih belum mencapai target yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang bertujuan ingin mencapai target 14% di tahun 2024 (Kementerian Kesehatan RI, 2022).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengartikan stunting sebagai hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi, infeksi berulang dan kurangnya stimulasi psikososial yang memadai. Permasalahan stunting memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup anak sepanjang masa. Pada jangka pendek, dampak tersebut berkaitan dengan risiko penyakit dan angka kematian yang tinggi pada balita. Pada jangka menengah, dampaknya meliputi gangguan pada kemampuan intelektual dan kognitif. Sedangkan pada jangka panjang, dampaknya memengaruhi kualitas sumber daya manusia serta mungkin menyebabkan masalah kesehatan yang terkait dengan jaringan atau organ (Archda & Tumangger, 2019). Faktor-faktor penyebab stunting dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung (Ruswati, 2021). Pola makan anak dapat menjadi salah satu faktor penyebab langsung yang bisa berdampak pada stunting (Rosha, 2020).

Stunt Shield hadir sebagai representasi perlawanan atau gerakan dalam rangka mencegah balita di Indonesia mengalami stunting. Stunt dari kata Stunting dan Shield dari kata bahasa inggris yang mempunyai arti Pelindung, dilambangkan dengan logo dari hurus S dengan bentuk yang menyerupai tameng(Shield) dengan warna hijau yang melambangkan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan kesuburan. Warna hijau juga erat kaitannya dengan harapan dan keberuntungan. Stunt Shield membawa harapan bahwasannya angka persentase stunting di Indonesia bisa terus ditekan dalam upaya menciptakan generasi penerus bangsa yang unggul, kreatif dan inovatif di masa mendatang.

Project Type 🚧

Copyright © 2024 Galih Muhammad Ramdan - From Garut with ❤